Ada berapa banyak pelatih/manajer di liga elite Eropa yang saat bermain pernah membela tim yang mereka pimpin saat ini? Nama Frank Lampard, Ole Gunnar Solskjaer, dan Mikel Arteta ada di dalamnya.

Solskjaer datang ke Old Trafford menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018. Puja dan puji mengiringi perjalanan awal Ole sebagai caretaker. Rentetan delapan kemenangan bak angin segar bagi fans. Man. United setelah awal gelap di Old Trafford sepeninggal Sir Alex Ferguson. DNA permainan Setan Merah telah kembali.

Maret 2019, setelah memberikan 14 kemenangan dalam 19 pertandingan awal sebagai manajer Man. United, kontrak diberikan pada Ole. Namun, ketika jabatan itu dipermanenkan, angin keraguan malah berembus ke arah mantan striker Man. United ini.

Setelah diberikan jabatan permanen, Man. United di tangan Solskjaer menelan 11 kekalahan dan 10 kali dalam 33 pertandingan.

Muncul tagar #OLEOUT di sebagian fans Setan Merah. Mereka di kelompok ini tidak percaya
Solskjaer punya cukup strategi untuk bersaing dengan manajer seperti Juergen Klopp, Pep Guardiola, Jose Mourinho, hingga Carlo Ancelotti.

Begitu pula Mikel Arteta. Seolah sosok Arsene Wenger bisa dihilangkan dari fans Arsenal yang frustasi melihat timnya ketika Arteta hanya punya 5 kekalahan dalam 22 laga awal sebagai manajer tim.

Masa depan Arsenal sepertinya cerah untuk kembali ke jalur perburuan gelar juara Premier League. Selain DNA sebagai mantan pemain Arsenal, Arteta pernah mengecap ilmu sebagai asisten Pep Guardiola di Manchester City.

Tapi, angin yang sama seperti Solskjaer berembus ke Stadion Emirates. Menjamu Wolverhampton, Mikel Arteta memberikan 5 kekalahan dalam 8 laga terakhir Arsenal. Muncullah #ARTETAOUT di media sosial.

Begitu mudahnya puja dan puji itu berubah menjadi caci-maki. Tak ada lagi kesabaran dalam lintasan pacu sepak bola, termasuk arena bernama Premier League.

Bagi Ole Gunnar Solksjaer dan Mikel Arteta, adalah sebuah penderitaan melihat perubahan sikap fans yang awalnya mendukung, namun kini murung. Sekali lagi, sepak bola kini semakin jauh dari kata "sabar" karena perubahan begitu cepat, persaingan tak menunggu adaptasi yang lama.

Martin Luther King Jr pernah berkata, "Kebencian itu menghancurkan, cinta itu membangun." Di dunia sepak bola, keduanya seperti berjarak sehelai rambut.