Sport for Development merupakan program yang diharapkan akan menyempurnakan program unggulan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia). Implementasi dengan menghadirkan kurikulum baru kursus lisensi D. Kegiatan ini juga lanjutan dari seminar yang diikuti PSSI di kantor DFB, Frankfurt, Jerman pada tanggal 27-29 Maret lalu.
Sebastian Weinand selaku Department for Qualification and Coach Education DFB mengatakan, saat ini DFB dengan PSSI sudah membahas sejauh mana pembangunan sepak bola Indonesia. Melalui workshop ini, DFB ingin membantu pengembangan sepak bola Indonesia.
"Hal terpenting adalah memberikan fasilitas dan kapasitas yang berkualitas untuk para pelatih. Karena pelatih lah yang akan menangani anak-anak dengan kemampuan yang mereka miliki. Yang tak kalah penting adalah menerapkan metode dari sport development. Saya mengajarkan anak-anak untuk punya pemikiran yang sesuai dan juga kemampuan sosial saat di lapangan dan di kehidupan sosial lainnya," kata Sebastian.
Sebastian menambahkan Indonesia sedang dalam proses membangun sepak bola, alias masih jauh menuju proses top level dunia. Tapi ia yakin semua elemen di PSSI sudah berada di jalur yang tepat, dan masih banyak yang harus dikerjakan.
"Indonesia punya potensi untuk meraih prestasi. Namun itu tidak bisa instan mendapatkannya harus melalui kerja keras serta pembinaan yang baik di usia muda," jelasnya.
Sementara, Sekum Asprov PSSI Maluku, Supyan Lestaluhu mengaku bangga provinsinya dijadikan pilot project program ini. Ia menilai apa yang sudah ada di daerahnya, akan lebih baik lagi dengan adanya program dari DFB Jerman ini.
"Karena program yang di bawa DFB ada nilai-nilai sportivitas, solidaritas, sosial, dan budaya. Ini yang akan ditanamkan kepada pelatih dan juga instruktur. Jadi nanti akan ada program lisensi D Plus, menambahkan,” kata Supyan Lestaluhu.
Dengan kata lain, nanti ilmu atau kurikulum kepelatihan yang diberikan instruktur ke pelatih, lanjut pelatih ke pemain, tidak hanya berbicara soal teknis, tapi juga membangun karakter pemain.
Bukan semata-mata bersikap kepada pemain lain, tapi juga menyentuh hingga bagaimana harus bersikap sebagai pemain sepak bola, dari pendidikan juga bagaimana menjaga kesehatan jauh dari narkoba dan banyak hal.
Dalam workshop, juga hadir beberapa instruktur yang akan menjadi ujung tombak awal penyebaran kurikulum baru ini. Dari sosok Mundari Karya, Emral Abus, dan Syamsuddin Umar.