Dukungan ini diberikan paska menerima kunjungan Edhi Prasetyo, Sekjend Federasi Futsal Indonesia (FFI) di kantor Kemenpora, Jumat (8/6). Dalam rangka proses administrasi terkait proses pengiriman beberapa item teknis dari AFC.
Untuk kepentingan pertandingan AFC Club Championship 2018 yang digulirkan di Yogyakarta, dari 1–12 August 2018, konfederasi sepak bola Asia ini akan mengirim beberapa alat penting, dari bola, tiang gawang hingga lantai lapangan. Alat-alat yang jika bisa diproses lebih cepat, maka berpeluang sudah bisa digunakan saat Indonesia menjadi tuan rumah AFF Club Futsal Championship 2018 di tempat sama dari 15 – 21 Juli mendatang.
“Prinsipnya kami dukung, karena itu kegiataan official, kedua, seandainya ada kendala sejauh kami bisa membantu tolong, please bersurat ke kami. Contoh seperti ini, ada kendala saat memasukan barang, ada peraturan menteri keuangan yang memungkinkan kemenpora untuk men”-zero-kan biaya pabean, sejauh itu untuk keperluan alat olahraga,” ujar Gatot Dewa Broto, Sesmenpora.
Meski terlihat sederhana, berbicara pengirim atau impor barang untuk kebutuhan persiapan event atau tim, tidak jarang jadi permasalahan tersendiri, karena ada mekanisme administrasi di kepabeanan bea cukai yang harus di lewati Seperti beberapa waktu lalu saat induk cabang olahraga layar (Porlasi), yang kesulitan mengeluarkan barang kebutuhan cabang ini karena terkendala administrasi kepabeanan bea cukai.
“Kemarin yang jadi masalah itu sebarnya tidak harus ribet, jika pihak layar sudah berkirim surat kepada kami sejak jauh-jauh hari kepada kami. Pasti kami bantu, ibarat kami seperti templete langsung kirim surat,” lanjut Gatot.
Selain bersiap membantu aspek administrasi terkait hukum yang berlaku di negara ini, dukungan juga terlihat ditunjukan Kemenpora, lewat respon positif saat mendengar pemaparan terkait persiapan pelaksaaan dua ajang ini. Standar tinggi yang diberlakukan AFC terkait standar venue, membuat Indonesia sebagai tuan rumah terkendala beberapa hal. Fasilitas wajin single seat yang tersedia di tribun dua venue GOR UNY dan GOR Amongrogo.
Sedang faktanya, dari total kapasitas yang dimiliki kedua GOR ini, hanya baru setengah kurang tribun yang sudah menggunakan single seat. Konsekwensinya, FFI tidak bisa menjual tiket sesuai kapasitas maksimal GOR.
“Saya juga dengar masalah di sport centernya, di GORnya, karena aturan internasional tribun harus single seat. Kami yang berhak membuat peraturan regulasi stadionkan kemenpora, kami akan mendorong, strong recommended, pada Pemerintah Daerah, jika nanti kalau membuat stadion atau GOR harus memperhatian ini, seperti soal single seat, karena kalau tidak nanti jadi dua kali kerja,” terang Gatot.
Selain dukungan adminstrasi, dan komitmen mendorong standarisasi pembangunan venue, kembali Gatot menjelaskan, pihaknya sangat berkeinginan agar dua ajang ini sukses. Baik sukses prestasi maupun penyelenggaraan.
“Semoga nanti kegiatan futsal bisa sukses, diluar konsentrasi kami di Asian Games 2018, turnamen-turnamen lain baik singlet atau mutli event lain juga harus sukses, pasti akan kami bantu,” tutup Gatot.