"Semoga pada race berikut di Austria kami tampil baik," kata pebalap Indonesia Sean Gelael. Hasil tak memuaskan di race kedua pada hari Minggu merupakan
efek dari insiden di Race 1. Pebalap Jagonya Ayam itu mesti start dari pit lane.
Sean harus memulai balapan dari pit lane menyusul insiden tabrakan pada race pertama. Fakta bahwa sasisnya bisa digunakan untuk balapan saja sudah bagus buat Sean, mengingat tabrakan di Race 1 benar-benar menghancurkan mobilnya.
"Kerja tim luar biasa dalam memperbaiki kondisi mobil saya," katanya. "Dan start dari pit lane tentu kami mencoba setelan mobil berbeda. Berhasil, tapi tak cukup untuk membuat saya dapat poin," ujarnya.
Rekan setim Sean Gelael, Mick Shumacher melah bernasib lebih sial. Putra legenda F1 Michael Schumacher ini harus menghentikan balapan karena kendala teknis mobilnya. Sementara Sean finis di posisi 17.
Secara umum, tim F2 PREMA juga bak dipayungi mendung selama di Paul Ricard. Mereka tak mendapat angka sama sekali. Sebuah tantangan tak kalah hebat bagi tim yang pernah merajai GP2 Series/F2 tersebut untuk membalikkan keadaan.
Reaksi cepat mereka seperti ketika mampu memperbaiki dua mobil rusak pada hari Sabtu untuk kemudian dipakai balapan pada hari Minggu, sangat dibutuhkan.
Seri berikut digelar hanya berselang sepekan, tepatnya pada 28-30 Juni di Sirkuit Red Bull Ring, Austria.