"PSSI terus bergerak untuk mewujudkan implementasi VAR di Liga 1. Observasi di Thailand akan banyak membantu kami dalam hal persiapan baik secara prosedur, teknis, perlengkapan dan regulasinya," kata Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria seperti dikutip pssi.org.
Selama di Thailand, PSSI akan melaksanakan koordinasi meeting dengan FAT dalam hal prosedur pengajuan penerapan VAR ke IFAB dan FIFA. Selain itu juga diadakan meeting dengan Thai League 1 dalam hal equipment dan teknologi yang dibutuhkan serta penjajakan vendor penyedia teknologi VAR.
Agenda lainnya yang juga telah disusun di antaranya, meeting dengan FIFA Instruktur dalam hal pengajuan course untuk VAR. Meeting dengan project manajer VAR program FAT mengenai teknis persiapan hingga course VAR dan penerapannya. Meeting dengan instruktur FIFA akan standart para wasit yg akan bertugas sebagai VAR dan AVAR. "Dan yang tidak kalah penting adalah observasi langsung kursus VAR dalam hal teori dan praktek," jelas Tisha.
Selanjutnya, PSSI akan mengadakan pertemuan dengan direktur IFAB berkenaan pengajuan penerapan VAR di Indonesia sekalian melihat simulasi pengoperasian dan peranan VAR dalam pertandingan Thail League 1 di tanggal 28 Juli.
Secara internal organisasi, FAT membutuhkan waktu setidaknya sembilan bulan untuk mematangkan rencana implementasi VAR. Hal paling penting dalam persiapan VAR adalah Training dan Sertifikasi Wasit.
Dalam VAR, dibutuhkan 6 kali tahapan kursus yang harus dilewati wasit dalam waktu kurang lebih 1 tahun. IFAB memiliki prosedur yang sangat ketat dalam implementasi VAR yang harus dilewati oleh federasi yang ingin mengimplementasikan.
Wasit diharuskan melewati 6 kali kursus dan 40 jam masa training baik secara online maupun offline, dimana training tersebut juga harus dipimpin langsung oleh instruktur yang ditunjuk oleh FIFA.
Metode Video Assistant Referee (VAR) merupakan metode baru yang pertama kali diimplemantasikan FIFA pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Dalam penerapannya, tidak semua pelanggaran memerlukan bantuan VAR. Kalau wasit merasa pelanggaran yang terjadi sudah dianggap jelas dan yakin dengan keputusan yang diambilnya, VAR tidak diperlukan lagi.
VAR digunakan manakala wasit merasa ada kejanggalan dalam pengambilan keputusannya. Wasit kemudian berkomunikasi melalui sistem cek ke VAR. Setelah itu baru ditampilkan tayangan ulang VAR. Bukan permintaan pemain atau tim, tapi langsung keputusan wasit.