“Bukan hasil yang kami cari, laga ini tujuan utamanya adalah memberikan kesempatan pemain yang kurang memiliki jam terbang, dan melihat sejauh mana kemampuan pemain bertanding melawan tim dengan level seperti Iran," bukanya usai laga.
Dari laga pertama ini, Fakhri menilai para pemainnya harus bisa keluar dan bisa mengatasi masalah klasik tim, yaitu mengantisipasi pergerakan pemain dan bola, saat eksekusi bola mati (set piece).
Masalah ini terus menggantung di tubuh tim, usai gagal di Piala AFF U18 yang berlangsung di Vietnam, kala melawan Malaysia di babak semifinal. “Dari permainan saya sudah puas di luar empat gol ke gawang kami. Kami banyak kemasukan melalui set piece, tentu ini menjadi evaluasi,” jelasnya.
Fakhri juga mengatakan, permainan bagus yang tidak diimbangi dengan kewaspadaan dalam mengantisipasi bola mati itu akan percuma. “Pemain bermain baik dalam open play, tapi mereka harus lebih bisa mengantisipasi postur tinggi pemain lawan. Di babak kedua, pemain saya sudah bisa memberikan gangguan ke lawan," tuturnya.
“Kembali kita kemasukan lewat set piece dan tentu ini menjadi langkah awal kami menyusun evaluasi,” katanya lagi.
“Set piece ini bukan hanya masalah taktik dan teknik, tapi berani berduel. Lebih bagus pecah kepala dibanding kemasukan. Ini saya melihat gol yang terjadi terlalu mudah. Di latihan kita sudah melatih berkali-kali dan yang terpenting adalah nyali pemain itu sendiri.”
Pelatih asal Aceh ini meyakinkan bahwa pemainnya masih punya kesempatan luas untuk belajar lebih dari laga pertama ini.
“Mereka masih muda dan saya yakin mereka akan belajar banyak dari laga tadi. Iran juga mendapat tekanan dari bola panjang kami,” pungkasnya.
Fakhri menyatakan bahwa evaluasi harus dilakukan untuk pertandingan kedua di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, 11 September mendatang. Uji coba ini sebagai persiapan Timnas Indonesia U-18 menuju kualifikasi Piala Asia U-19, November mendatang.