Sean dikontrak PREMA pada 2018, dengan prestasi terbaik adalah runner-up Race 1 Monako. Sementara di musim ini Sean mengawalinya dengan baik, hanya kemudian masalah teknis beruntun membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
Seri Abu Dhabi sebagai seri pamungkas menyajikan data kontras dengan awal musim.
Pada Race 1 Sean menghadapi kendala klasik PREMA, yakni tingkat degradasi ban yang tinggi. Keesokan harinya, Minggu (1/12) dia terpaksa berhenti karena masalah girboks.
Pencapaian terbaik Sean bersama PREMA tahun ini terjadi pada Race 1 Seri Azerbaijan di Baku. Waktu itu pebalap Team Jagonya Ayam ini finis di posisi enam.
Bersama PREMA Sean pun sempat memimpin balapan, tepatnya di Red Bull Ring, Austria. Hanya, degradasi ban belakang yang tinggi membuatnya bukan hanya gagal menang, tapi bahkan juga pulang dengan tangan hampa.
"Terima kasih untuk tim PREMA atas semua pengalaman yang tak terlupakan selama dua musim terakhir. Saya yakin pengalaman itu bakal bermanfaat buat saya untuk musim 2020," kata Sean.
Lanjutan program Sean adalah tes F1 sehari penuh bersama tim Toro Rosso pada Selasa (3/12).