Praveen/Melati merupakan penerus dari generasi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang sukses menyabet medali emas di Olimpiade Brasil 2016 silam.
Pasangan ini memiliki potensi besar dan sudah mereka tunjukkan saat menjuarai turnamen Super 1000 di All England 2020, serta dua gelar level Super 750 di Denmark Open 2019 dan French Open 2019.
Praveen dan Melati sudah masuk dalam jajaran elite dunia. Namun, untuk bisa bertahan di puncak, keduanya harus tampil konsisten dan mempersiapkan diri lebih baik lagi.
"Yang pasti dari segi konsistennya, maunya sih kami bisa lebih konsisten di setiap penampilan. Lebih baik dari penampilan sebelumnya yang masih naik turun," kata Melati seperti dikuti situs PP PBSI.
Penampilan Praveen/Melati sempat menurun sebelum menjuarai All England 2020 lalu. Di Malaysia Masters 2020, mereka terhenti di babak pertama dari wakil tuan rumah yang tak diunggulkan, Man Wei Chong/Pearly Tan, dengan skor 18-21, 13-21.
Sepekan kemudian di kandang sendiri di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2020, Praveen/Melati ditaklukkan di perempat final oleh Thom Gicquel/Delphine Delrue (Perancis), dengan skor 19-21, 21-14, 18-21.
Praveen/Melati harus bisa mengambil keuntungan dari ditundanya penyelenggaraan olimpiade menjadi tahun depan. Saat ini Praveen/Melati merupakan ganda campuran andalan Indonesia yang duduk di peringkat empat dunia.
"Secara pikiran jadi lebih agak longgar, karena sebetulnya sudah disiapkan banget tahun ini untuk ke olimpiade. Tapi dengan adanya kejadian ini (wabah Covid-19), terpaksa olimpiadenya ditunda dan kami manfaatkan waktu yang ada untuk perbaiki apa yang kurang," jelas Melati.
Hingga saat ini federasi bulutangkis dunia (Badminton World Federation) masih belum mengumumkan secara resmi kapan turnamen akan dimulai kembali. Turnamen terakhir yang diikuti para pebulutangkis elit sebelum pandemi Covid-19 adalah All England 2020 pada Maret lalu.