Hidup itu adalah pilihan. Setuju? Sejak pagi hari, kita punya pilihan untuk meneruskan tidur atau bangun dan memulai beraktivitas.

Begitu juga dalam perjalanan. Dalam mencapai tujuan, kita punya pilihan menempuh jalan yang dianggap akan lebih lancar atau memilih jalur lain dengan sejumlah alasan.

Memutuskan pilihan kerap menjadi ujian di mana level seorang atlet. Misalnya pebasket. Saat menguasai bola, ia harus memutuskan apakah akan mendribel bola, mengoper ke rekan, atau mencoba melempar ke ring lawan. Salah mengambil mengambil keputusan, siapa yang merasakan dampaknya?

Konsekuensi dari pilihan kita tentu memiliki risiko. Bahkan, dampaknya tidak hanya dirasakan sendiri, banyak orang harus ikut menanggung akibat dari pilihan kita itu. Seperti halnya Lionel Messi. Bisa membayangkan perasaan fans Barcelona yang menunggu keputusan Messi?

Setelah batal keluar dari FC Barcelona di akhir musim 2019-2020, apa keputusan yang akan diambil Lionel Messi setelah Liga Spanyol 2020-2021 kelar?

Tentu Messi punya beberapa opsi, walau yang mencuat ada 3. Pertama, bertahan di Barcelona. Kedua, memilih Paris Saint-Germain di Prancis. Ketiga, mengikuti panggilan Pep Guardiola di Manchester City.

Memutuskan sebuah pilihan bisa berarti mengembangkan dan memaksimalkan potensi yang kita miliki. Di manakah Messi akan terus mengembangkan talenta yang ia miliki?

Memiliki berbagai pilihan tentu berarti punya kesempatan membangun harapan yang lebih baik. Tak mungkin Messi mengambil keputusan kalau bukan karena ingin membawa ia dan keluarganya kepada kehidupan yang lebih baik.

Apapun keputusan Messi, ia tentu memperhitungkan dampaknya. Bertahan di tempat ia menjadi "raja" ketika merasa sudah tercukupi segalanya atau keluar dari zona nyaman dan memilih kehidupan baru dengan menguji kemampuan beradaptasi demi sebuah tujuan bernama: kebahagiaan!